Tuesday, February 4, 2020

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual

Tags

Kecerdasan spiritual (SQ), yang merupakan temuan terkini secara ilmiah yang digagas Danah Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University membuktikan secara ilmiah kecerdasan spiritual tersebut. Kemudian penelitian yang lain juga membuktikan, pertama riset ahli psikologi atau sharaf Michael Persinger pada awal tahun 1990-an dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli sharaf V.S. Ramachanran dan timnya dari California University yang menemukan God Spot dalam otak manusia.26 Menurut penulis pada dasarnya IQ, EQ, dan SQ masing-masing memiliki langkah-langkah tersendiri dalam pencapaiannya. IQ bisa dicapai dengan banyak melakukan pelatihan-pelatihan yang menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, misalnya belajar berhitung, mendengarkan musik, dan membaca. Sementara pelatihan EQ dan SQ hampir sama, karena ia bersumber dari suara hari (God Spot). Langkah-langkah yang ditawarkan oleh Ary Ginanjar (2003: LIV),dapat dilakukan untuk mengembangkan Emotional Spiritual Question (ESQ) adalah sebagai berikut:


1.    Zero Mind Process, yaitu berusaha mengungkap belenggu-belenggu pikiran dan mencoba mengidentifikasi paradigma itu, sehingga dapat dikenali apakah paradigma tersebut telah mengkerangkeng pikiran. Jika hal itu ada diharapkan dapat diantisipasi lebih dini sebelum menghujam ke dalam benak. Hasil yang diharapkan adalah lahirnya alam pikiran jernih dan suci yang dinamakan God Spot atau fitrah yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari belenggu. Tahap ini merupakan titik tolak dari sebuah kecerdasan emosi. Disinilah tanah yang subur, tempat untuk menanam benih berupa gagasan. Penulis berpendapat bahwa setiap diri harus menguasai hati dan pikirannya sendiri. Kemerdekaan berfikir dan perasaan yang netral dari dirinya mesti ada, karena akal dan hati itulah hakikat dari manusia. Tidak bernilai seseorang bila ia hanya potret atau jelmaan diri orang lain. Kebebasan dan kemerdekaan ini diharapkan melahirkan prinsip hidup yang kuat.
2.    Mental building, maksudnya adalah kesehatan mental, yaitu terhindarnya dari gejala gangguan jiwa dan dari gejala penyakit jiwa. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan segala potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga bisa membawa kebahagiaan diri dan orang lain.
3.    Personal strength, intinya hal ini dimulai dari penetapan-penetapan misi pribadi, dilanjutkan dengan pembentukan karakter, pengendalian diri, dan mempertahankan komitmen pribadi.
4.    Social strength, yaitu pembentukan dan pelatihan untuk melakukan aliansi, sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya (Zakiah Darajad, 2001:5)  Suatu perwujudan tanggung jawab sosial seorang individu yang telah memiliki ketangguhan pribadi.
5.    Aplikasi total, pada tahap ini seluruh langkah-langkah diatas harus dilakukan sehingga dapat diharapkan lahirnya ketangguhan sosial (Social Strength).
Spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, dan moral. Spiritualitas memberi arah dan arti pada kehidupan. Hidup menjadi indah dan menggairahkan karena diri manusia tidak hanya di kurung oleh batas-batas fisik. Karena jiwa anak-anak intuitif dan terbuka secara alami, maka orang tua dan guru hendaknya selalu memupuk spiritualitas anaknya, sumber keceriaan dan makna hidup. Caranya dengan melalui perkataan, tindakan, dan perhatian sepenuhnya dari orang tua.
Disamping upaya yang dilakukan di atas, maka ada beberapa langkahlangkah untuk menumbuh dan mengembangkan kecerdasan spiritual anak yaitu sebagai berikut:
a. Jadilah kita “gembala spiritual” yang baik
b. Bantulah anak untuk merumuskan “misi” hidupnya
c. Ajarkan Al-Qur’an bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita.
d. Ceritakan kisah-kisah nabi dan rasul serta kisah teladan lainya
e. Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan
f. Bacakan puisi-puisi atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional
g. Bawa anak untuk menikmati keindahan alam
h. Ikut sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial
i. Jadilah cermin positif bagi anak.
Untuk lebih jelasnya akan penulis uraiakan satu-persatu, yaitu:
a.)      Jadilah “gembala spiritual” yang baik
Orang tua atau guru yang bermaksud mengembangkan SQ anak haruslah seseorang yang sudah mengalami kesadaran spiritual juga. Ia sudah “mengakses” sumber-sumber spiritual untuk mengembangkan dirinya. Seperti yang telah penulis jelaskan diatas, yakni ciri orang yang cerdas secara spiritual, ia harus dapat merasakan kehadiran dan peran Tuhan dalam hidupnya. “Spiritual intelligence is the faculty of our non-material dimension the human soul,” itulah ungkapan Khalil Khavari, ia harus sudah menemukan makan hidupnya dan mengalami hidup yang bermakna. Ia tampak pada orang-orang di sekitarnya sebagai “orang yang berjalan dengan membawa cahaya.” Sebagai mana terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 122:
Artinya: Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
b.)      Bantulah anak untuk merumuskan “misi” hidupnya.
Nyatakan kepada anak bahwa ada berbagai tingkat tujuan dalam merumuskan “misi” hidup ini. Mulai dari tujuan paling dekat sampai tujuan paling jauh dan bahkan tujuan akhir kita. Rumusan ini bisa di lakukan dengan menggunakan teknik “what then, senor” dalam anekdot Danah Zohar, kita dapat membantu anak untuk menemukan misinya dengan ungkapan, jika kamu sudah sekolah kamu mau jadi apa? Aku mau jadi orang pintar. Jika sudah pintar mau jadi apa? What then? Dengan kepintaranku, aku akan memperoleh pekerjaan yang bagus. Jika sudah dapat pekerjaan, mau jadi apa? Aku akan punya duit banyak. Jika sudah punya duit banyak, mau apa? Aku ingin bantu orang miskin, yang dinegeri kita sudah tidak terhitung jumlahnya. Sampai di sini kita sudah membantu anak untuk menemukan tujuan hidupnya, hingga sampai ke tujuan akhirnya yaitu bahagia dunia dan akhirat.
c.)      Ajarkan Al-Qur’an bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita.
Penulis akan memulai pembahasan ini sebagai mana Allah SWT mengawali wahyu pertamanya kepada Rasulullah SAW, dengan kalimat; Iqra’bismi rabbik al-ladzi khalaq. Menurut Al-Fakhrurraazi, kata aqra’ dalam ayat di atas memiliki pengertian; bacalah Al-Qur’an. Sebab kata al-Qiraa’ah (membaca) hanya dipergunakan untuk membaca Al-Qur’an.33 Dalam mengajarkan Al-Qur’an, para orang tua, juru dakwah dan para pendidik hendaknya mendasarkan pengajaranya kepada Al-Qur’an dan hadits yang berisi petunjuk-petunjuk penting Rasulullak SAW. Sebab yang akan diajarkan adalah firman Ilahi yang merupakan ”undang-undang” dan pedoman hidup umat manusia. Kitab yang tidak menyimpan sedikitpun kebatilan. Kitab yang mendapat jaminan keutuhan langsung dari Dzat yang menurunkanya; Allah SWT.
Kita juga patut berterima kasih kepada Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an dengan bahasa Arab. Kitab yang mengandung syariat Islam serta petunjuk halal haram dan bebas dari segala macam penyimpangan, perubahan atau bahkan penggantian dengan kalimatkalimat lain, sekalipun memiliki makna yang sama. Karena Al-Qur’an berada dibawah pengawasan dan penjagaan langsung Allah SWT. Orang-orang terdahulu (salaf-al-ummah) banyak yang telah melaksanakan pendidikan Al-Qur’an ini untuk anak-anaknya, dan sering dilaksanakan di masjid-masjid. Out put dari modal pendidikan ini cukup mengagumkan (Hamdan Rajih, 2005: 165). Mereka tumbuh menjadi suatu generasi yang sangat gigih mempertahankan dan menyebarkan Islam diberbagai penjuru dunia. Sejarah banyak mencatat keberhasilan mereka. Mereka yang menjadi ”singa” di siang hari, tetapi dimalam hari mereka tetap ruku’ dan sujud dengan penuh kekhusyukan. Ini semua karena mereka telah ”menghirup” air yang memancarkan dari mata air Al-Qur’an. Dengan mempelajarinya, berarti mereka telah mempelajari ilmu pengetahuan sekaligus mempraktekkanya. Ketika Al-Qur’an suadah bersemayam di kedalaman hati mereka, dada mereka akan menjadi lapang dan tidak mudah stress, bahasa mereka lancar dan pintu-pintu samudera ilmu pengetahuan terbuka lebar untuk mereka.
Mengapa orang-orang terdahulu (salaf) ini begitu antusias melaksanakan tugas pengajaran Al-Qur’an? Jawabanya jelas. Karena, pertama, Al-Qur’an adalah firman Ilahi. Kedua, Rasulullah mengajarkan mereka selalu mendorong agar mempelajari Al-Qur’an untuk kemudian di ajarkan kepada orang lain. Ketiga, karena pemberian orang tua kepada anak yang memiliki nilai tinggi adalah mengajarkan Al-Qur’an. Hal ini karena di dalam Al- Qur’an terdapat ajaran budi pekerti, tata krama, akhlak, seluruh jenis keutamaan, hikmah serta sejarah hidup umat terdahulu sejak dari nabi Adam As. Didalamnya juga terdapat pesan-pesan para Rasul bahwa Allah SWT. yang tidak menginginkan ada di antara hamba-hamba-Nya yang kufur.
Dengan mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak, berarti kita telah memulai pendidikan yang benar dan sesungguhnya. Sebab dengan begitu, berarti kita telah mengajarkan hal-hal yang telah diwajibkan oleh Allah, seperti ibadah serta kewajiban-kewajiban lain. Di samping itu, berarti kita telah memulai mengikat mereka dengan kitab Allah serta mendidik mereka untuk mengagungkan Al-Qur’an untuk kemudian melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan yang tertuang di dalamnya.
d.)   Ceritakan kisah-kisah Nabi dan Rasul serta kisah teladan lainya
Anak-anak bahkan orang dewasa, sangat terpengaruh dengan cerita karena “manusia” kata Gerbner, adalah satu-satunya makhluk yang suka bercerita dan hidup berdasarkan cerita yang di percayainya. Kita tentu tidak akan pernah mampu memperoleh kepercayaan dan kaitan dari mereka kecuali jika kita telah mampu memberikan kepada mereka contoh teladan yang tinggi dan nilai-nilai yang sudah barang tentu jauh dari berbagai kesalahan dan kekhilafan. Sebaliknya, ia merupakan sosok yang cukup sempurna dan terpelihara dari kesalahan dan kekhilafan tersebut. Sosok tersebut adalah Rasulullah SAW, sebagai panutan dan teladan terbaik umat Islam semuanya. Kita  mengambil contoh dari petunjuk dan akhlak yang dibawa oleh beliau yang mulia. Firman Allah surat Al- Ahzab ayat 21:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.35 Kisah teladan yang ada pada diri Rasulullah tersebut bisa kita ajarkan dan contohkan kepada anak-anak kita, yang dibawanya dalam sikap dan kehidupan sehari-hari. Kemudian apabila anak tertarik akan cerita itu, maka ceritakanlah berulang-ulang kepadanya, sehingga dia menjadikan Rasulullah sebagai idolanya.


e.)    Libatkan anak dalam kegiatan ritual keagamaan
Kegiatan agama adalah cara praktis untuk “tune in“ dengan  sumber dari segala kekuatan. Ambillah bola lampu listik di rumah anda. Bahaslah bentuknya, strukturnya, komponen-komponennya, kekuatan cahayanya, voltasenya, dan sebagainya. Kegiatan agama adalah kabel yang menghubungkan bola lampu itu dengan cahaya. Shalat, dalam bentuk apapun, mengangkat manusia dari pengalaman fisikal dan material ke pengalaman spiritual. Untuk itu, kegiatan keagamaan tidak boleh dilakukan dengan terlalu banyak menekan halhal yang formal. Berikan kepada anak-anak kita makna batiniah dari setiap ritual yang kita lakukan. Shalat bukan sekedar kewajiban, shalat  adalah kehormatan untuk menghadap Dia Yang Maha Kasih dan Penyanyang.
f.)     Bacakan puisi-puisi, atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional.
Manusia mempunyai dua fakultas-fakultas untuk mencerap halhal material dan spiritual. Kita punya mata lahir dan mata batin. Ketika kita berkata “masakan ini pahit”, kita sedang menggunakan indra lahiriah kita, tetapi ketika kita berkata “keputusan ini pahit”, kita sedang menggunakan indra batiniah kita. Empati, cinta, kedamian, keindahan hanya dapat dicerap dengan fakultas spiritual kita (ini yang kita sebut sebagai SQ). SQ harus dilatih, salah satu cara melatih SQ ialah menyanyikan lagu-lagu rohaniah atau membacakan puisi-puisi, karna dengan itu dapat memicu kecerdasan anak.
g.)    Bawa anak untuk menikmati keindahan alam
Teknologi modern dan kehidupan urban membuat kita teralienasi dari alam. Kita tidak akrab lagi dengan alam. Setiap hari kita berhubungan dengan alam yang sudah dicemari, dimanipulasi, dan dirusak. Alam tampak di depan kita sebagai musuh setelah kita memusuhinya. Bawalah anak-anak kita kepada alam yang relatif belum banyak tercemari. Ajak mereka naik kepuncak gunung. Rasakan udara yang segar dan sejuk, dengarkan burung-burung yang berkicau dengan bebas. Hirup wewangian alami, ajak mereka kepantai, rasakan angin yang menerpa tubuh, celupkan kaki kita dan biarkan ombak kecil mengelus-elus jarinya dan seterusnya. Kita harus menyediakan waktu khusus bersama mereka untuk menikmati ciptaan Tuhan, setelah setiap hari kita dipengapkan oleh ciptaan kita sendiri. Setiap hari adalah istimewa, yang wajib dihayati dan disyukuri. Setiap pagi ajak anak-anak untuk bersyukur pada Tuhan sambil menatap langit, matahari, pohon-pohonan dan alam sekitar rumah kita. Sampaikan terima kasih dan pujian atas kebaikan dan keindahan yang selalu hadir menyertai kita tanpa memungut bayaran.
h.)    Ikut sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial
Keterampilan SQ seperti ini tidak cukup hanya dibicarakan. Jika anak usia pra sekolah mengalami sendiri bagaimana penderitaan yang dirasakan oleh orang lain maka langkah inilah yang terbaik. Apabila orang tua bertekad untuk membantu orang lain, mereka hendaknya mengikut sertakan anak-anak mereka karena pengalaman ini tidak hanya akan mengajari mereka lebih peduli pada orang lain, tetapi juga mengajarkan keterampilan sosial yakni pentingnya kerja sama, kesetiaan dan ketekunan.
Di antara kegiatan sosial kemasyarakatan yang dimaksud antara lain:
1.) Menjenguk teman atau tetangga yang sedang sakit
2.) Bekerja didapur umum
3.) Bergabung dengan organisasi yang berusaha menyelamatkan spesies yang terancam punah
4.) Ikut serta dalam kerja bakti dilingkungan sekitar rumah
5.) Menghibur orang-orang yang telah tua
6.) Membantu anak-anak yang masih kecil
7.) Menghimpun bantuan untuk korban bencana alam
8.) Dan lainnya.
Kegiatan-kegiatan sosial diatas kesannya memang sangat sederhana, tapi orang tua hendaknya menekankan pada anaknya bahwa betapa perbuatan yang sangat sederhana itu mampu membuat orang lain bahagia. Orang tua bisa mengusulkan pada anaknya untuk mencatat perbuatan baik yang telah mereka lakukan pada hari ini. menuntun orang yang sudah tua, menyeberangi jalan, atau membesuk teman yang sedang sakit. Apabila melakukan perbuatan baik ini sudah menjadi kebiasaan, pada akhirnya orang tua akan menyaksikan anakanaknya ketagihan melakukan perbuatan yang baik tersebut, dan mereka akan mencari jalan sendiri untuk melakukan lebih banyak lagi perbuatan baik.
i.)      Jadilah cermin positif bagi anak
Dalam kehidupan rumah tangga tanpa disadari masing-masing merupakan aktor yang selalu dilihat dan dinilai oleh orang lain. Maka jadilah aktor atau model peran yang baik bagi anak-anak. Sekali-kali adakan forum untuk saling menyampaikan kesan dan penilaian yang satu kepada yang lain dalam suasana yang rileks, nyaman, tanpa tekanan. Bahkan masing-masing harus bisa yang lain. Jadilah orangtua sebagai pendengar yang baik bagi anakanaknya. Jika anak bicara jangan buru-buru dipotong lalu diceramahi. Dengarkan dan perhatikan dengan tatapan mata yang penuh antusias dan stimulatif agar anak terlatih mengutarakan pikiran dan emosinya dengan lancar, tertib, dan jernih. Ibarat sumur kalau sering ditimba maka airnya akan jernih.

Daftar Pustaka

Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Emosi dan Spiritual Berdasarkan Enam Rukun Iman dan Lima Rukun Islam. Jakarta : Arga
Wijaya Persada, 2001.
___________, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power. Jakarta : Arga Wijaya Persada, 2003.
Daradjat, Zakiyah, Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001
Rajih, Hamdan Rajih, Spiritual Quotient for Children. Jogjakarta: Diva Press, 2005.

This Is The Newest Post


EmoticonEmoticon